Teknologi
Turbin Angin
Listrik dalam beberapa dekade ini menjadi topik yang hangat di negara kita ini. Karena pada dekade ini kita tidak mendapat subsidi yang cukup besar dari listrik. Tarif dasar listrik semakin tahun terus saja naik dikarenakan Pengurangan Subsidi BBM. PLN sebagai Perusahaan yang memonopoli Listrik nasional lebih bertumpu pada Bahan Bakar Minya dalam Menjalankan Turbin untuk menghasilkan Listrik. Berbagai Solusi sedang di cari dalam masalah ini. Seperti dapatkah Teknologi Turbin Angin yang digunakan seperti di Negara Jepang digunakan di Indonesia?
Dari pertanyaan diatas, ternyata Teknologi Turbin Angin akan digunakan di Indonesia . Berikut Informasinya:
Indonesia mempunyai angin yang cukup rendah yaitu dengan kecepatan anginnya hanya 3-6 m/detik lebih kecil jika dibandungkan dengan Negara Eropa kecepatan anginnya sampai 12 meter per detik. Namun, hal ini ini tidak mempengaruhi potensinya untuk menggunakan Tenaga Angin untuk menghasilkan Listrik. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan pemerintah Jepang untuk mengembangkan teknologi turbin angin Tomonokaze yang mampu membangkitkan listrik dengan baik dari kondisi kecepatan angin yang rendah seperti di Indonesia. Penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kerja sama dengan Jepang mengembangkan turbin angin Tomonokaze di Jakarta, Rabu (15/2/2012).
Uji coba
telah dilakukan di Taman Teknologi Terbarukan daerah pantai Baron Yogyakarta
sebanyak satu unit dengan kapasitas 4 KW. Saat ini di taman tersebut sudah ada
pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB) 15 kW, surya 36 kW dan biofuel 25
kW. Pemanfaatan energi angin oleh Indonesia sensiri saat ini baru sebesar
kurang dari 2 MW. Padahal, potensi energi angin 9.300 MW.
Jika Teknologi turbin ini dapat dijalankan dengan baik, tentu saja akan menghemat bahan bakar tak terbarukan. Karena kita hanya akan memanfaatkan teknologi turbin kincir angin yang dapat menghasilkan listrik dengan kekuatan listrik yang rendah. Kabar gembira ini perlu kita dukung agar kedepan kita mempunyai listrik yang setiap penduduk juga dapat menggunakannya sendiri tanpa terpatok dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Jika Teknologi turbin ini dapat dijalankan dengan baik, tentu saja akan menghemat bahan bakar tak terbarukan. Karena kita hanya akan memanfaatkan teknologi turbin kincir angin yang dapat menghasilkan listrik dengan kekuatan listrik yang rendah. Kabar gembira ini perlu kita dukung agar kedepan kita mempunyai listrik yang setiap penduduk juga dapat menggunakannya sendiri tanpa terpatok dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Sumber:
Type Savonious:
Type
savonious, atau dikenal dengan sebutan kincir angin sumbu vertical (VAWT=
vertical axis wind turbine), lebih sederhana dalam konstruksinya. Tidak perlu
ada pengarah angin, karena dapat berputar oleh tiupan angin dari segala arah,
dan tidak akan mengalami overspeed. Kekurangannya adalah tingkat efisiensinya
sangat rendah yaitu sekitar 40% saja, dibandingkan dengan kincir angin sumbu
horizontal. Namun demikian, type savonious ini selalu dapat berputar walaupun
tiupan angin rendah. Itulah sebabnya mengapa saya menggunakan kincir angin type
ini karena dapat saya tempatkan disembarang tempat. Terlebih bila ditempatkan
disisi jalan raya yang ramai kendaraan lebih menguntungkan, cuma ada rasa
was-was takut dicuri! Ketinggian petempatan minimal 6 meter dari permukaan
tanah, lebih bagus bila disekelilingnya terbuka.
Bahan-bahan:
1 baut
batangan 6mm + mur
1 baut
batangan 4mm + mur
2 bh
triplex 6mm dibuat bulat uk: 23 cm
½ m
plastik fiber yg tipis; atau ½ m seng plat tipis
pralon
½ in + 2 sok + 2 knee
2 bh
laher no. 608ZZ
½ kg
resin fiber + 1ons katalis
papan
uk 35 cm sebagai dasar
2 psg
mur+ baut 4mm pjg 3 cm
Cara
membuat:
Setelah
triplex dibuat bulat, tentukan titik tengahnya, bagilah menjadi 20 sudut. Dari
titik tengah buat lingkaran 8.4 cm. Potonglah garis-garis miring (lih gambar)
dengan gergaji besi. Bisa juga bila dibagi menjadi 12-16 sudu, karena lebih
banyak daun lebih mudah berputar walaupun tiupan angin kecil.
Dari
titik tengah juga ukur 5 cm pada tiap- tiap garis 45 derajat (4 titik).
Gabungkan kedua triplex, lalu bor dengan mata bor 6 mm. Bor juga titik
tengahnya dengan mata bor 8 mm. Pisahkan kedua triplex.
Potong
baut batangan 4 mm menjadi 4 (@ 25 cm), lalu masukkan kedalam 4 lubang.
Kencangkan ke 4 baut batangan tsb dengan mur luar dalam pada salah satu
triplex. Dengan mur didalam pada ujung baut lainnya, masukkan triplex yg sisa,
lalu samakan tingginya pada tiap-tiap baut, kemudian kencangkan.
Tentukan
titik tengah papan, bagi menjadi 4 bagian, gambar lingkaran selebar papannya
lalu bor. Taruh susunan coil diatasnya (lihat pada posting Membuat Generator),
gunakan sekrup untuk mengikatnya diatas papan.
Model lain:
Alternatif dengan pipa PVC:
Sumber:
Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar